Remaja Menjadi Tumpuan

Remaja menjadi tumpuan utama untuk menjaga penduduk tumbuh seimbang setelah tahun 2020. Pada masa mendatang, remaja itulah yang akan menjadi dewasa, berkeluarga, dan menentukan masa depan negara. Karena itu, remaja harus disiapkan dari sekarang agar menjadi penduduk yang produktif dan berkualitas. 

“Investasi secara besar-besaran sejak mereka masih remaja dan harus dilakukan mulai sekarang,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ) M Yani. Yani mengungkapkan hal itu di sela-sela Konferensi Internasional Tingkat Menteri dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular di Kuta, Bali, Rabu 19/9/2018). 

Hal itu berarti, untuk mencapai target penduduk tumbuh seimbang dengan tingkat fertilitas atau jumlah anak per perempuan usia subur (TFR) mencapai 2,1 anak, harus dilakukan jauh sebelum mereka menikah atau berkeluarga. TFR nasional Indonesia 2017 mencapai 2,4, tetapi di sejumlah provinsi, TFR sudah lebih rendah dari 2. 

Jika tingkat fertilitas masih tinggi, Indonesia akan sulit meningkatkan kualitas dan kesejahteraan penduduk. Sebaliknya, jika tren penurunan fertilitas itu dibiarkan, Indonesia akan mengalami situasi yang dihadapi negara-negara maju saat ini, yaitu melonjaknya jumlah penduduk senior dan melambatnya pertumbuhan penduduk produktif. Kedua kondisi itu sama-sama membebani ekonomi. 

Situasi itu membuat peran remaja untuk menjaga penduduk tumbuh seimbang pada masa depan jadi strategis. Indonesia pada 2016 memiliki 66,3 juta remaja berumur. 10-24 tahun atau setara jumlah penduduk Inggris Raya. 

Sebagai fase peralihan dari anak menjadi dewasa, remaja akan mengalami lima transisi kehidupan , mulai dari melanjutkan pendidikan, bekerja, bersiap membentuk keluarga, terlibat dalam masyarakat, serta mempraktikkan hidup bersih dan sehat Perjalanan menjadi manusia dewasa itu tidak mudah. 

“Libatkan remaja dalam perencanaan pembangunan serta dukung, bebaskan, dan arahkan mereka menggali potensinya tanpa diskriminasi dan menghakimi,” kata Nanda Rizka Saputri, Ketua Bidang Perencanaan dan Pembangunan Forum Generasi Berencana (GenRe) Indonesia. GenRe adalah program BKKBN untuk menyiapkan remaja menjadi generasi terencana sesuai siklus kehidupannya. 

Remaja saat ini menghadapi situasi yang belum sepenuhnya mendukung mereka untuk tumbuh dan berkembang optimal. Salah satunya tingkat pendidikan belum memadai. Padahal, pendidikan menjadi salah satu kunci pencegahan pernikahan dini, kematian ibu melahirkan, banyak anak, hingga pembentukan keluarga yang tak terencana. Pendidikan rendah membuat mereka tak punya banyak pilihan bekerja sesuai minat dan potensinya. 

Di sisi lain, fokus mengejar pendidikan dan karier bisa membuat remaja lupa membina keluarga dan bermasyarakat Menikah dan memiliki anak memang pilihan, tetapi remaja perlu terus diingatkan pentingnya membangun keluarga guna menjaga regenerasi bangsa.

Karena itu, pembangunan keluarga perlu terencana. Calon pengantin harus disiapkan. Sayang, banyak remaja belum memahami itu. Pacaran hanya dianggap untuk menghindari tekanan sosial, bukan persiapan membangun keluarga. Bahkan, sebagian remaja menjadikan pacaran sebagai media memenuhi keingintahuan dan hasrat seksual. 

Meski pengetahuan seksual sebagian remaja maju, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi justru rendah. Kuatnya penabuan soal seksualitas dan lemahnya komunikasi antara anak dan orangtua membuat informasi kesehatan reproduksi tak dipahami remaja. Akibatnya, remaja rentan terjebak perilaku seksual berisiko dan menyimpang serta menyebarkan penyakit seksual menular.

sumber : KOMPAS , Kamis 20 september 2018.

0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Cari
Kalender
December 2019
S M T W T F S
    Aug »
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
Berita Terbaru